Dalam kesunyian
ini, ketikan tangganku terus merangkai kata perkata perpisahan ku terhadapmu.
Memanglah bukanlah apa, tapi hanya kata inilah yang dapat membuat kita merindu
dikala hati telah berkata.
Kita hidup berawal
dari kesendirian, kesendirian hati, kesendirian jiwa, juga kesendirian yang ada
didunia ini. Kita juga hidup berawal dari senyuman, entah senyuman dalam arti
apa, yang jelas senyuman yang dapat mengalahkan semua kesendirian it menjadi
indah dan nyaman. Hidup didunia ini tidak harus penuh dengan kenangan,
tapi hanya perlu diingat tentang apa
yang sudah lama dan terlalu jauh untuk diingat hingga kita tekadang sulit untuk
menginggatnya.
Aku yakin, dengan
coretan rangkaian kata ini, kamu akan merintikkan seberkas tetesan air mata,
jari jarimu yang terus mengusap disela-sela mata jerahmu. Dan aku yakin, kamu
pasti akan terus menggali inggatan yang tak begitu teringat hingga benih
kristalmu rela kau jatuhkan demi ketidakwajaran. Berjanjilah, kamu tidak akan
mengingat terlalu dalam, karna inggatan itu tidak akan merubah semuanya menjadi
baik, bahkan menjadi kelam tak membekas.
Didunia ini penuh
dengan peripisahan, karna perpisahan adalah salah satu cara dunia ini berubah,
karna apa? Karna dunia juga ingin kita untuk memperbarui semua hal yang ada di
hidup kita. Dunia ini semata bukan hanya untuk tempat meratapi masa lalu, masa
yang pernah menjadi semiliran hati. Kamu juga tau, aku juga tau. Setiap
pertemuan pastilah ada perpisahan, tidak tau itu kapan, karna kita bukanlah
manusia yang dapat melebihi kelebihan-Nya. Kamu tau, apa makna perpisahan itu?
Makna yang dimana membuat kita terus menyeka butiran air mata, makna yang
dimana kita selalu terhantui pada kerinduan yang mendalam, makna dimana kita
tak pernah berehenti untuk lelah menginggatnya, makna dimana kita terus ada
pada masa lalu.
Kita tak akan hidup
dimasa lalu, masa yang tak akan kembali . kita telah dewasa hingga kita dengan
mudah menyikapi hal tentang cinta, tapi kita terlalu sulit untuk menyikapi hal
perpisahan. Karna apa? Karna perpisahan itu memenglah menyakitkan, karan
perpisahan pastilaha ada unsur kecintaan, kesayangan, dan keterpedulian.
Perpisaan itu
membosankan, bukankah kita sudah pernah mengalami perpisahan yang terulang kali
terjadi? Mengapa kita harus menangapnya secara berlebihan, karena apa? Karna
perpisahan ini terlalu manis, dan hanya ada disalam hidup kita satu untuk
selamanya. Memanglah bukan apa, tapi perepisahan ini begitulah manis, hingga
gula yang tak pernah teraduk dalam larutan teh.
Disetiap sudut,
kita termenung, termenung dalam kejenuhan hati, termenung dalam keisauhan hati.
Kenapa kita tidak termenung untuk kebahagiaan? Karna apa? Karna kita terlarut
dalam pilu nya perpisahan. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, hari, tahun,
bahkan abad, kita ada, ada dalam lingkupnya perpisahan yang terus mengalir tak
henti-hentinya menyengintkan hati.
Tapi perpisahan
bukanlah cara tepat untuk mengakhiri semua, tapi untuk memula semua yang ada
untuk kebaikan.