Jumat, 18 September 2015

Di Atas langit masih ada langit



Aku tenggelam dalam nestapa duka,
Yang pedihnya tak terhingga
Yang sakitnya sampai terasa
Aku jatuh, pada peristwa lara
Yang membuatku sakit jiwa, menyayat luka disela-sela duka.
Untuk apa aku terus bediri, meratapi keadaan yang tak pasti, yang membuatku jatuh pasi, yang terbilaang basi.
Aku dibelakang, kebelakang yang barisanya terbelakang.
Yang membuat lengganku melambaikan tangan
Ingin menyapa kebahagiaan bersama mereka, yang tak bisa ku kejar kegemilanggannya.
Tapi sinar Tuhan terus menerangi, membuatku yakin bahwa tuhan meridhoi.
Pada setiap hambanya yang membutuhkannya, pada setiap hamba yang masih memikirkan-Nya.
“Dia atas langit masih ada langgit.”
Kakiku mulai lentur, seperti dibentur
Kakiku kembali merebah berdiri, sambut pagi yang dikelilngi mentari.
Aku paham,ini tentang ottaku hanya berisi hayalan yang membuatku tak kuat, lalu jatuh terbawa arus yang jalannya tak lurus.
Tapi hanya satu kekuatan yang membuat semua itu kembali terbangu, kembali tertata , dana kembali tertanam, yaitu mengingatNya.
Aku tak merasa sendiri, aku ditemani mulutku yang terus berdering menyembut-Nya disela-sela kebutuhanku.
Bukan hanya kebutuhanku, tapi kehidupanku yang dilingkupi keputus asaan.
Allah tak hilang, bahkan mengjilang, yang membuat kita menjadi jatuh kepayang.
Kita hanya mengalah mengapai mereka dengan raut wajah yang merona.
Kita bisa kejar itu semua, sampai kau kehabisaan musuh bersarmu, yang dulunya membuatmu kaku tak mau jalan.
Padahal Allah sudah membuka jalan itu dengan benar, hanya kita yang terkadang selalu menyepelekannya. Padahal kuasa-Nya benar-benar nyata.
Jangan mundur, walau badai cobaan terus terjun.
kita hanya yakin, bahwa masih ada langit di atas langit.