Perempuan
Oleh :
Faiqoh Az-Zahra
Ia melati
bertirai kelembutan
Jiwanya
berlambangkan kesucian
Semerbak
aroma pintu kesyurgaan
Mengedap
bumbu janji kesetiaan
Akalnya
terang, pikiranya tajam
Meluluhkan
setiap elang berkulit rayuan
Diamnya
menyemburkan keemasan
Geriknya
tanami perasaan
Hatinya
berdaun kelemahan
Do’anya
berserabut kekuatan
Jika kau
lukai, deritanya awet dileburkan
Kau
perhatian, lamunnya berbingkai kebahagiaan
Perempuan
oh perempuan
Ia
pijakannya masa depan
Tuturnya
mentangkas keraguan
Raganya
bersenandung kesopanan
Ia
perempuan berpayung kehormatan
Berperangai
kesejahteraan
Berpawak
kedamaian
Berkeranda
keteguhan
Jombang, 8
Maret 2016
Bila
Oleh: FaiqohAz-Zahra
Bila aku jadi yang kau minta
kulakoni semua tanpa ada cela
bila tak ada satupun terlaksana
maafkan sebabku tak sempurna
kulakoni semua tanpa ada cela
bila tak ada satupun terlaksana
maafkan sebabku tak sempurna
Bila saja gerimis ramah bersapa
aku setia menunggumu datang bersua
Bila mungkin pertemuan ini sedekedar cerita
Ku pilih lebih dulu tuk berkelana
aku setia menunggumu datang bersua
Bila mungkin pertemuan ini sedekedar cerita
Ku pilih lebih dulu tuk berkelana
Bila aku terlanjur mati rasa
Biarkan akupergi bawa hampa
Bila mengapa ku bertanya?
Sebab kehadiranmu penuh tanda tanya
Biarkan akupergi bawa hampa
Bila mengapa ku bertanya?
Sebab kehadiranmu penuh tanda tanya
Duduk berdua memandu cerita
kunang-kunang liar memangku pinta
hati ini pilih terbeku karna cinta
aku mengidik malu punya kelenjar luka
kunang-kunang liar memangku pinta
hati ini pilih terbeku karna cinta
aku mengidik malu punya kelenjar luka
Aku gundah,rasaku tertimbun gelisah
keping-keping cintaku merobak roboh
dipanahi cinta bernuansa bodoh
aku memekik diam bertudung gersah
keping-keping cintaku merobak roboh
dipanahi cinta bernuansa bodoh
aku memekik diam bertudung gersah
Rasa mana yang tak tahan?
kau bisukan aku daru rayuan
wajahku suram berselingan
diam diam curi perhatian
kau bisukan aku daru rayuan
wajahku suram berselingan
diam diam curi perhatian
Secangjur cerita, diaduk jadi cinta
merogoh nestapa derita
sapamu tak pernah ada
sahabatku, cintaku telah sirna
kini lukaku menyusup dijiwa
merogoh nestapa derita
sapamu tak pernah ada
sahabatku, cintaku telah sirna
kini lukaku menyusup dijiwa
Jombang,
11 januari 2016
siapa peduli?
Oleh :
Faiqoh Az-Zahra
Siapa
peduli?
Alam ku
dilelehi udara busuk
Diracuni
air liur belalang
Dijamui
ramuan bekas kunyahan
Negaraku
jadi kumuh
Digantungi
belatung gemuruh
Diselimuti
kaleng-kaleng gaduh
Dialiri
sungai yang keruh
Siapa
peduli?
Negeriku
dibuli
Jiwa dan
hati sudah dihantui
Pada
kesenangan birahi
Aku
peduli..
Menapih duka negeri ini
memeluk Luka jantung alam ini
Hingga manusia jadi lupa diri
Menapih duka negeri ini
memeluk Luka jantung alam ini
Hingga manusia jadi lupa diri
Jombang,12
Januari 2016
Nyanyian
Untuk Gaza
Rintihan hujan dipelupuk mata
Menyebrang mengraungi sungai muara
Meneguk derita sahabat disana
Sahabat yang terdampar disela-sela
dunia
Bernyanyi bersama jeritan duka
Seolah telaga penuh darah
Seolah rongga penuh sesak
Dan seolah nadi terjangkal
Bernyanyi bersama jeritan duka
Hatimu yang tak pernah keruh
Mematri Asma Tuhan dalam dada
Berdesir kesabaran dalam do’a
Minta bersemayam dimana sahabat ?
Dibintang menemani bulan
Dibulan menemani malam
Langit bumi menjadi alas kakimu beranjak
Masih dalam nanyian untuk sahabat
Hingga rintihan hujan tak lagi
menderai
Bersama Tuhan sahabat menghadap
Bersemayam dipelukan paduka Raja
Syurga
Jombang, 12 november 2015
Menembus Cinta
Tanggan ku bergetar
memapah luka dosa yang
bergentayangan
menapih kesepian jiwa berkelabutan
sepi ini mulai bersalinkan Rindu
menapih kesepian jiwa berkelabutan
sepi ini mulai bersalinkan Rindu
Hatiku menampar kedamaian.
melenyapkan jejak-jejak kerinduan.
Kau terus menyuapi aku dengan Hidayah-Mu
Tapi jiwa ini kotor untuk menghadap Wajah-Mu
Tangan ini kumuh bersanding di Punggung-Mu
Tubuh ini berselimut keji di Dunia-Mu
Masih kah aku Hamba-Mu?
melenyapkan jejak-jejak kerinduan.
Kau terus menyuapi aku dengan Hidayah-Mu
Tapi jiwa ini kotor untuk menghadap Wajah-Mu
Tangan ini kumuh bersanding di Punggung-Mu
Tubuh ini berselimut keji di Dunia-Mu
Masih kah aku Hamba-Mu?
Ya Rabb..
hatiku merentak menembus Cinta yang jitu
berjalan diatas Arah-Mu
bersemayam di pelukan-Mu
Sampai Kau tak lagi padukan aku.
Pantaskah aku menjadi MilikMu?
hatiku merentak menembus Cinta yang jitu
berjalan diatas Arah-Mu
bersemayam di pelukan-Mu
Sampai Kau tak lagi padukan aku.
Pantaskah aku menjadi MilikMu?
Aku mamang..
mataku terkikis kerinduan.
menjerit ingin Kau maafkan.
berontak ingin di Damaikan.
mataku terkikis kerinduan.
menjerit ingin Kau maafkan.
berontak ingin di Damaikan.
Jombang, 11 januari 2016
Cerita Kawan
Lelah aku, Kawan...
Kau suruhku pergi, malah kau hampiri
Kau suruhku menjerit, malah kau mendekap
Kusuruh kau berlari malah kau tak
kembali
Harus bagaimana aku?
Lautan terus menggerutu
Tapi kau hiraukan
Perut gunung menanggis darah
Tapi kau tak pedulikan
Bagaimana ini kawan?
Aku tolong, kau malah bersembunyi
Aku berbisik kau malah berbungkam
Dimana kawanku yang dulu
Apa kau sembunyi di balik awan?
Apa kau bersemayam dibintang kelam?
Tapi bayangnmu
terus mengikis bulan
Oh kawan..
Kemarilah, kusuratkan ceritamu pada
tuhan...
24-NOPEMBER-2014
Denanyar-Jombang
Sandiwara
Sandiwara apa sayang ?
Sandiwara yang terus kau tuahkan
Selalu saja aku ?
Seolah aku terbodohi
Anganmu serentak melenyap
Jejakmu tak pernah terungkap
Apa salahku sayang?
Mulutmu tak lagi bergeming
Solah dunia punah
Mengeliat mukamu yang suram
Sebab sandiwaramu terus bergelimang
Tanggis
Dipojok, sunyi remang-remang
tempat tubuhku tergeletak
memangku senduan tanggis diujung mata
kau paksaku bergerak, tapi tak bisa
kau papah tubuhku, tapi tak mampu
kau tatap mataku pun tak mau
aku larut dalam sendiriku
meratap, memeluk kesunyian
ditemani air mata bergelinciran
suaraku begitu purau
tanggisku telah memukau
tepi bibirku mengerutu
menyuruh aku panggil namamu
menjebak aku dalam nostalgiamu
padahal aku bukan siapa-siapamu
Rindu
Buah karya : Faiqoh Az-Zahra
Batinku memberontak
Dimana dirimu
Dirimu yang pernah ada kemarin
Dirimu yang pernah terlukis disanubari
Dan menuai kerinduan dihati.
Aku pilu,
Karna senyummu masih tersimpan dalam bekasan memory.
Karna matamu, masih membekas dalam ingatku.
Ada getaran resah saat kau pergi, dan amarah saat kau
kembali.
Jiwamu sirna, tak bertanda
Tak sapa kemesraan, juga kemanjaan.
Kamu hilang, diterpa maaikat malam
Pergi..pergi...pergi..
Dimana jejak langkahmu ?
Mengais-ngais aku dibendung kepiluan.
Batu retak, hatipun merentak
Rasa rindu, pada seorang diri
Yang ada dikemarin hari. ^_^
01.-November-2014
Denanyar-Jombang
Berita Besar (An-Naba)
Ada secercah
janji
Ada yang
bertanya-tanya, seolah menerka-nerka
Dan ada juga
sebongkah berita besar penuh maنna
Sungguh, Dia
ada...
Dia jadikan
bumi bagai hamparan
Gunung-gunung
bagai pasak?
Dia... Dia
penjaga malam
Sebagai
perangkai mimpi
Angin terus
berhembus
Untuk mereka
yang menggigil
Dia jadikan
malam pengganti sandang
Sungguh, Dialah
Al-mutakabbir
7 lapisan
langit yang menggantung dengan kokoh
Sebagai
tempat berlalunya air mata tercurah
Anak tanah
terus bergembira
Sambut bunda
datang dalam kehidupan nyata
Sungguh,
Dialah Al-muhaimin
Terdengar
bisikan suara sangkakala
Tanda
semesta akan tiada
Sungguh,
jahanam telah terbuka
Untuk kalian
wahai pendusta
Takkan ada
bekasan luka yang tersisa
Sebab api
telah membara
Mendidihkan
mereka wahai jiwa pemalang dengan bercampur bercikkan nanah
Sungguh,
Dialah Al-jabbar
Gemeriuh-riuh
suara mata hati
Kemenangan
telah menanti
Untuh kalian
wahai yang berhati
Ada
sepenggal ancaman
Yang dapat
membinasakan
Sungguh
hanya pada Dia kembali-Nya semua penyesalan
Sungguh ,
sebuah misteri
Yang tak
pernah terkuak waktunya
05-nopember-2015
Denanyar-Jombang
Demo Amarah
Terbuai ingin membentak
Seolah kepala jadi botak
Merasa raga diperbudak
Ada sebongkah amarah
Yang seolah angin mengalah
Seakan engan melewat
Menepi, menjadi figur belaka
Hingga air mata jadi bendungan luka
Desahan cerita pada tempo lama
Demo amarah kian menunjam
Bak arum jeram yang bergelombang
Mengelapkan hati sampai ke hulu dada
Pelupuk mata begitu melengket
Melekat seperti magnet
*Amarah ingin mendobrak
Pada kebencian yang merana
kemurkaan pada dunia
Yang tak menggangap semua jadi sirna
Percikan dipelupuk mata
Sepercik air dipelupuk mata
Tak henti-hentinya mengalir
Dalam alunan lagu malaikat cinta
Terjerat dalam peristiwa lara
Bekasan percik air dipelupuk mata
Telah deras-deasnya menguyur
Terpulas malu diatas pusara
Merenggek mananggis kesepian
Mengenang ibunda dibayangan
Yang kubangkaikan setiap amanahnya
Ohh..... bodohnya aku gadis malang
Yang menjelma beribu-ribu kedurhakaan
Pada ibunda malaikat tak bersayap
Bersemayamlah dipelukan tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar