Dalam
malam yang sepi, dengan keredupan hati, keheningan terbias dibilah bilah sisi.
Udara tak henti-hentinya bersemilir. Semerbak aroma segar dari tanah yang basah
dengan rata. Mulut ini terus membungkam dengan rasa keluhan. Hanya aku seorang
diri meratapi kejenuhan. Tuhan.. ijinkan aku mengeluh pada kenikmatan-Mu, pada
semua keberkahan-Mu, pada semua rasa syukur ku terhadap-Mu.
Hari
ini, aku menjejakan langkahku dengan sampullan niat.Tapi jiwaku masih tak bersandar
diri. Aku tenangkan getaran dalam sanubari. Disudut Asrama tempat ku menaruhkan
diri dan hatiku dengan tenang dan jugapun secara illahi. Dalam kesendirian aku
eluhkan semua keresehan dan, kerinduan yang terpasang bergelantungan diatas
kepala.
Aku mulai
perjalanan ini dengan lembaran suci yang tertera dihati. Tapi eluhan ini masih
terus ada dibenak-benak akal. Tak tau apa yang harus kubuat, kehidupan yang
berawal dengan kesendirian, dan berakhir dengan kebersamaan itu jika tuhan
ijinkan aku rasakan rasa kedamaian yang tergali dihati, tertumbuh disanubari
dan terhias dihati.
Aku
menyerah, dengan segenap kepasrahan. Hanya langkahku yang pasti, tapi hatiku
tak terentak untuk kembali. Melihat sekeliling dengan banyak gerombolan
anak-anak manuusia, canda, tawa, dan senyum yang terlukis diraut wajah mereka.
Hanya aku.. setangkai bunga mawar layu yang tak tersirami, dan sepucuk tangkai
bunga yang basi yang tak mau tumbuh kembali. Harus apa aku ini, hingga aku
tersandarkan diri, hingga ku dapat rasakan helaan nafas lega di sela-sela
rongga. Hingga pada akhirnya, aku mengeluh pada keluh, keluh yang tercampur
kesah dan resah,keluh yang membuat ku menyerah untuk tak tumbuh kembali,
keluhan yang membuatku tumbuh berduri.
Aku
kalah, aku resah dan aku gelisah. hidup dengan segala perbedaan, hidup dengan
segenap kesendirian, dan hidup sengan perasaan keprasahan.tuhan.. dimana titik
jejak kebahagiaan untukku?? Beginikah cara kau membuka hatiku dalam kelamnya
hidupku. Hingga aku harus memendam keluhan. Kepada siapa aku mengeluh?
Hingga
aku tersadarkan lamunan pada perkataan seorang “ Kemarilah kawan, aku kawan
dalam kesendirianmu, aku kawan yang menemanimu, ikutlah bersamaku dalam mimpi
indahku yang jauh dari keluhan tak guna mu.” Hingga mataku berbinar tatap
wanita itu, hatiku terpanah pada pekataan itu. Hingga aku memulai mengubur
keluhan itu perlahan lahan. tapi badai kerinduan terus menerjang padaku, hingga
aku mengalah pada keluhan, hingga menyerah pada kesah, dan hingga gelisah pada
kesah. Mati rasa aku ditengah-tengah kerinduan pada sosok pendukung masa depan
hidupku;Ayah-Ibu.
Tuhan,
berilah aku secuil kebahagiaan yang terbuaur dipermukaan raut wajah suram ku.
Tuhan.. berilah aku pintu keampunan untukku, sebab kulalaikan Nikmat-Mu, sebab
ku remehkan keberkahan-MU. Krena tak sanggup aku hidup didalam perbedaan.
Karena aku berbeda dengan mereka, karena aku tak dapat mengraunggi kebehagiaan
bersama mereka.
Apa
mungkin aku tersenyum yang menghias diraut wajahku? Apa mungkin aku dapat
rasakan ketahanan dalam hidup diantara mereka? Dan apa aku mampu menahan amarah
pada keluhan ku ? aku berdiri dengan paksaan, hingga tak seorang pun yang
menyongkongnya. Aku layu termakan rayap, hingga separuh jiwaku sirna
tergerogoti pada eluhan.
Dengan
segenap kepercayaan, kupaksakan aku bangkit, kupaksakan aku merengkuh semua
ambisi yang hampir termakan keluh. Hingga cahaya-Mu terlintas disekelibatan-sekelibatan mataku.
Hingga aku belajar mengenal-Mu pada duniaku, dan aku tanam kebhagiaan itu detik
perdetik yang kau jadikan petikan pelajaran untukku.
Kau
beri aku begini, karena kau menguji kebahagiaanku, Kau berikan sebongkah rasa
ini, karena beribu-ribu kau menguji kesabaranku. Tuhan, sesalku pada-Mu tak
terhapus masa, hingga pengabdian ku terhadap-Mu pada sajadah cintaku terhadap-Mu.
Tuhan,, aku takkan menyerah pada keluh, pada resah dan pada gelisahku.. Tuhan,,
aku takkan mengalah pada Keluh.
By : Faiqoh Az-Zahra
12-Agustus-2014.